Harga emas turun terparah dalam sebulan terakhir dari level tertinggi sepanjang masa, karena penguatan dolar AS menekan permintaan terhadap logam mulia itu sebagai alternatif investasi.
China, negara dengan kekuatan ekonomi ketiga terbesar di dunia, mengakhiri kebijakan pematokan nilai mata uangnya yang telah berlaku selama dua tahun terhadap dolar AS, guna meredam inflasi.
Nilai tukar dolar AS menguat terhadap enam mata uang utama dan indeks Reuters/Jefferies CRB dari 19 bahan mentah menguat 1,6% sebelum pada akhirnya melemah. Emas mencatat rekor baru pada level US$1.266,50 per ounce melampaui level tertinggi sepanjang masa.
"Kebijakan untuk menaikkan nilai mata uang mereka [China] akan membantu kondisi ekonomi dunia. Nilai tukar dolar seharusnya menguat jauh," ujar Leonard Kaplan, Presiden Prospector Asset Management di Evanston, Illinois.
Harga kontrak emas untuk pengiriman Agustus melemah US$17,60 atau 1,4% menjadi US$1.240,70 per ounce di bursa Comex, New York, penurunan terbesar untuk kontrak teraktif sejak 19 Mei. Harga kontrak emas telah melambung 13% tahun ini.
Secara historis, harga emas bergerak berlawanan arah dengan dolar AS. Tahun ini, harga logam mulia itu telah mencetak rekor teringgi dalam mata uang euro, poundsterling dan franc Swiss karena krisis fiskal Eropa mendorong permintaan terhadap investasi alternatif.
Harga kontrak perak untuk pengiriman Juli melemah 37,6 sen atau 2% menjadi US$18,808 per ounce di bursa Comex.
Harga kontrak platinum untuk pengiriman Juli menanjak US$3,30 atau 0,2% menjadi US$1.590,30 per ounce di bursa komoditas New York Mercantile Exchange.
Harga kontrak palladium untuk pengiriman September menguat US$3,20 atau 0,7% menjadi US$494,10 per ounce. Harga spot emas turun dari US$1.237,00 menjadi 1.234,05 per ounce.