Jakarta [Detik 19/9] - Rendahnya likuiditas pasar uang menjadikan perburuan barang-barang komoditas kembali meningkat. Emas contohnya, dalam satu pekan ini mencatat kenaikan harga sebanyak tiga kali, bahkan sempat menembus level US$ 1.282,75 per ounce.
Menurut Ekonom Standard Charted Fauzi Ichsan, likuiditas pasar uang yang hanya 0,25% menjadikan investor global mencari tempat berinvestasi dengan imbal hasil yang lebih baik. Sasarannya kemudian adalah, pasar modal dan komoditas.
"Meskipun data anggaran lebih besar di sektor riil tapi diluar dari prospek. Masih banyak uang nganggur, sehingga investasi beralih ke komoditas dan terus akan meningkat," kata Ichsan saat dihubungi detikFinance, Minggu (19/9/3010).
"Emas didorong oleh likuiditas. Barang komoditas dan pasar modal di negara berkembang return-nya lebih tinggi,' tegasnya.
Harga emas memang kembali mencatat rekor tertinggi dan sempat menyentuh level US$ 1.282,75 per ounce di pasar spot. Ini berarti harga logam mulia ini, naik sekitar US$ 10,55 per ource atau tiga kali dalam satu minggu.
Pada perdagangan Selasa (14/9/2010), harga emas di pasar spot melonjak ke level US$ 1.272,20 per ounce, dibandingkan sebelumnya di level US$ 1,245,25. Harga sempat melesat ke titik tertingginya pada US$ 1,274,75.
Dua hari selanjutnya, Kamis (16/9/2010), emas berada di level US$ 1.276,85 per ounce di pasar spot, naik dibandingkan perdagangan Rabu kemarin yang dijual US$ 1.265,65 per ounce. Dan pada perdagangan Jumat (17/9/2010) kemarin, harga emas ditutup pada posisi US$ 1.275,50 per ounce.
Pemicu kenaikan harga emas lantaran kepercayaan konsumen Amerika Serikat dan pasar atas pelonggaran kebijakan kuantitaif serta perburuan Thailand dalam kepemilikan emas mereka melalui pasar terbuka.
"Emas terus merefleksikan pertahanan pada tingkat yang menyeluruh. Data kepercayaan konsumen yang lemah, jelas mendukung rally di emas," kata Kepala Perdagangan Logam Mulia Integrated Brokerage Services Chicago, Frank McGhee seperti dikutip dari Reuters, Minggu (19/9/2010).
Sempat turun sesaat akibat aksi ambil untung, emas lalu berbalik arah dan kembali naik setelah data menunjukkan peningkatan sentimen negatif dari konsumen pada awal September. Hal lain yang menyebabkan harga emas merangkak adalah tekanan inflasi AS.
Menurut Ekonom Standard Charted Fauzi Ichsan, likuiditas pasar uang yang hanya 0,25% menjadikan investor global mencari tempat berinvestasi dengan imbal hasil yang lebih baik. Sasarannya kemudian adalah, pasar modal dan komoditas.
"Meskipun data anggaran lebih besar di sektor riil tapi diluar dari prospek. Masih banyak uang nganggur, sehingga investasi beralih ke komoditas dan terus akan meningkat," kata Ichsan saat dihubungi detikFinance, Minggu (19/9/3010).
"Emas didorong oleh likuiditas. Barang komoditas dan pasar modal di negara berkembang return-nya lebih tinggi,' tegasnya.
Harga emas memang kembali mencatat rekor tertinggi dan sempat menyentuh level US$ 1.282,75 per ounce di pasar spot. Ini berarti harga logam mulia ini, naik sekitar US$ 10,55 per ource atau tiga kali dalam satu minggu.
Pada perdagangan Selasa (14/9/2010), harga emas di pasar spot melonjak ke level US$ 1.272,20 per ounce, dibandingkan sebelumnya di level US$ 1,245,25. Harga sempat melesat ke titik tertingginya pada US$ 1,274,75.
Dua hari selanjutnya, Kamis (16/9/2010), emas berada di level US$ 1.276,85 per ounce di pasar spot, naik dibandingkan perdagangan Rabu kemarin yang dijual US$ 1.265,65 per ounce. Dan pada perdagangan Jumat (17/9/2010) kemarin, harga emas ditutup pada posisi US$ 1.275,50 per ounce.
Pemicu kenaikan harga emas lantaran kepercayaan konsumen Amerika Serikat dan pasar atas pelonggaran kebijakan kuantitaif serta perburuan Thailand dalam kepemilikan emas mereka melalui pasar terbuka.
"Emas terus merefleksikan pertahanan pada tingkat yang menyeluruh. Data kepercayaan konsumen yang lemah, jelas mendukung rally di emas," kata Kepala Perdagangan Logam Mulia Integrated Brokerage Services Chicago, Frank McGhee seperti dikutip dari Reuters, Minggu (19/9/2010).
Sempat turun sesaat akibat aksi ambil untung, emas lalu berbalik arah dan kembali naik setelah data menunjukkan peningkatan sentimen negatif dari konsumen pada awal September. Hal lain yang menyebabkan harga emas merangkak adalah tekanan inflasi AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar