TOKYO [AP/Bisnis 27/9/10] : Pertumbuhan ekspor Jepang melambat untuk bulan keenam secara berturut-turut pada Agustus akibat penguatan yuan dan pelemahan permintaan global yang telah mengganggu pemulihan.
Data Kementerian Keuangan Jepang pada hari ini melaporkan nilai ekspor naik 15,8% dibandingkan dengan Agustus 2009 menjadi US$61,9 miliar (5,22 triliun yen). Angka itu merupakan laju terendah sepanjang tahun ini, di mana ekspor tumbuh di atas 23% pada Juli dan 28% pada Juni.
Perlambatan pertumbuhan ekspor ini memberikan risiko terhadap ekonomi Jepang yang sangat tergantung kepada permintaan dunia. Negara di Asia telah mengambil peranan mendorong pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya China.
Namun, pertumbuhan ekonomi menjadi ancaman, khususnya bagi negara-negara yang mengandalkan perekonomin domestik dari stimulus anggaran dan ekspor. Eksportir Jepang, seperti Toyota Motor Corp dan Sony Corp juga mengalami penurunan penjualan karena penguatan yen.
Yen menguat ke posisi tertinggi selama 15 tahun terhadap dolar AS pada bulan ini, sehingga pemerintah melakukan intervensi terhadap pasar mata uang untuk pertama kali pada bulan ini sejak 15 tahun terakhir.
Apresiasi yen menurunkan nilai keuntungan pengembalian modal eksportir dan menurunkan daya saing produk dari negara itu. Tahun ini, mata uang Jepang menguat sekitar 10% terhadap dolar AS.
Perdana Menteri Naoto Kan menyuntikkan paket stimulus senilai US$10,9 miliar (915 miliar yen) pada awal bulan ini guna membantu pengangguran mendapatkan pekerjaan dan mendorong belanja. Ada kemungkinan Kan akan mengalurkan tambahan stimulus US$54 miliar (4,6 triliun yen) pada tahun fiskal saat ini.
Kantor berita Kyodo melaporkan Kepala Juru Bicara Pemerintah Yoshita Sengoku pada hari ini mengatakan bahwa pemerintah tidak berencana menerbitkan obligasi baru untuk mendanai tambahan anggaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar