Rabu, 08 September 2010

New York Saham-saham AS tergelincir untuk pertama kali dalam lima sesi perdagangan terakhir dan mengakhiri reli gain terlama untuk index S&P 500 sejak Juli akibat kekhawatiran bahwa krisis utang di Eropa makin memburuk.

Bank of America dan Citigroup jatuh setidaknya 2% sejalan dengan turunnya saham-saham bank Eropa atas keprihatinan bahwa uji ketahanan (test stress) yang hasilnya diumumkan pada bulan Juli lalu menggaris bawahi potensi kerugian atas utang obligasi luar negeri (sovereign debt).

Connoco Phillips dan Chevron tergelincir lebih dari 1.2% setelah harga minyak mentah jatuh ke level ternendahnya pekan ini. Oracle Corp reli hingga 5.9% pasca pengumuman bahwa Mark Hurd, mantan CEO dari Hewlett-Peckard akan dilantik sebagai Presiden Oracle yang baru.

Index Dow Jones berakhir turun 107.24 poin atau sebesar 1% di 10340.69 dan index S&P 500 berkurang hingga 1.2% di 1091.85, mengakhiri reli selama empat sesi perdagangan terakhir. Gap antara imbal hasil obligasi jerman 10 tahun dan irlandian serta Portugal naik ke level tertinggi sepanjang masa.

Sementara itu, index World MSCI jatuh 1.1% ditengah kekhawatiran bahwa bank-bank perkreditan Eropa harus menambah modalnya untuk bisa mengimbangi pemegangan obligasi pada ekonomi zona Euro yang saat ini lemah. Stres test perbankan yang dipublikasikan Juli lalu, mangutip pada analisis the Wallstreet Journal bahwa beberapa institusi finansial pemegang obligasi luar negeri (sovereign debt) membutuhkan modal segar untuk menutupi potensi kerugian yang diakibatkan oleh obligasi tersebut. Asosiasi Bank Jerman pada hari senin menyebutkan bahwa 10 bank nasional jerman membutuhkan setidaknya 105 milyar euro ($134 milyar) untuk menambah modal segarnya.

Pasar saham global juga turun setelah pemerintah Jerman melaporkan bahwa pemesanan barang-barang pabrik (factory orders) turun secara tak terduga di bulan Juli karena melemahnya permintaan di regional euro, yang mengindikasikan bahwa permulihan ekonomi di ekonomi Eropa mulai kehilangan momentumnya. Sementara pembuat kebijakan dari Jepang dan Australia tetap mempertahankan tingkat suku bunganya, yang mengacu pada outlook pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan melemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar